Sabtu, 27 Agustus 2011

Resensi Buku Novel Sherlock Holmes The Sign of Four, untaian kata gombal dalam menulis resensi by Rasyiqah Fitriyah


Judul                                   : Sherlock Holmes, Empat Pemburu Harta
Judul  Asli                          : Sherlock Holmes, The Sign of Four
Penulis/Penerjemah            : Sir Arthur Conan Doyle/Sendra B. Tanuwidjaja
Penerbit                            : PT  Gramedia Pustaka Utama
Tahun                                 : 2006
Tebal                                   : 216

Sir Arthur Conan Doyle kembali dengan karya novel misteri Sherlock Holmesnya yang mengesankan. Kali ini ia kembali menuangkan kisah misterinya dalam Sherlock Holmes The Sign of Four, Empat Pemburu Harta. Gaya penulisannya membawa kita memasuki rentetan kasus rumit yang ditulisnya.
Mengambil setting London di akhir abad 19, Sir Arthur Conan Doyle memulai kisahnya. Dr. Watson, merupakan tokoh ‘aku’ dalam cerita novel misteri ini. Dalam setiap seri novel Sherlock Holmes, Dr. Watson selalu menceritakan Sherlock Holmes, sahabatnya sekaligus tokoh utama dalam cerita ini dalam petualangan mereka memecahkan rentetan kasus-kasus sulit. Inilah sudut pandang yang berbeda dari cerita biasanya yang menjadikan tokoh ‘aku’ sebagai tokoh utama. Saya benar-benar terkesan dengan gaya penulisan Sir Arthur Conan Doyle.
Sir Arthur Conan Doyle memang bermaksud membawa pembaca mengikuti jalur demi jalur kasus misterius yang mengesankan, membuat pembaca terbawa terbang ke pesona setting London akhir abad 19 dengan gaya analisis dan deduksi dari seorang Detective Sherlock Holmes yang tak terduga dan membuat geregetan.
Buku Sherlock Holmes yang mengesankan ini, bila saya pandang dari segi fisiknya juga tampak mengesankan. Apresiasi juga saya berikan kepada editor, dari cover yang menarik, memberikan kesan ‘ingin dibeli’ untuk setiap penggemar cerita misteri bahkan untuk seorang awam yang bukan penggila cerita  misteri. Pemilihan huruf yang pas juga mendukung pembaca untuk menikmati runtutan kasusnya.
Kelebihan novel Sherlock Holmes yang sebenarnya adalah (menurut saya) kemampuan Sir Arthur Conan Doyle yang mampu membuat Sherlock Holmes seolah-olah benar-benar hidup di dunia nyata, meskipun Sherlock Holmes hanyalah tokoh rekaan di balik imajinasinya. Novel Sherlock Holmes benar-benar membuat pembaca menyaksikan petualangan Sherlock Holmes di imajinasi mereka masing-masing.
Saking mempesonanya novel Sherlock Holmes di mata saya, saya hampir tidak menemukan kekurangan dari novel ini. Hingga akhirnya pada akhir cerita saya menemukan kalimat dalam bahasa Jerman, “ Schade dass die Natur nur einen Mensch aus dir schuf. Denn zum wurdigen Mann war und zum Schelmen der Stoff.” Inilah kekurangan kecil yang terdapat di dalam novel ini, seharusnya editor memberikannya terjemahan dari kalimat ini.
Berbicara mengenai alur cerita, kasus dimulai dengan kedatangan Mary Morstan kepada Sherlock Holmes untuk meminta bantuan memecahkan sebuah misteri hilangnya ayahnya, Kapten Arthur Morstan. Arthur Morstan dan temannya di India, Mayor  Thaddeus Sholto kembali ke London karena mendapatkan harta karun yang sangat besar jumlahnya. Namun ketika Mary tiba di hotel tempat ayahnya  berada, sang ayah sudah lenyap tanpa jejak.
Alur cerita yang ditulis Sir Arthur Conan Doyle benar-benar mengagumkan. Ia menggabungkan unsur misteri, petualangan, dan kisah cinta dalam ceritanya. Bermula dari misteri hilangnya Mr. Morstan, membawa Sherlock Holmes dan Dr. Watson menuju pencarian harta karun Agra yang hilang dengan nilai setengah juta poundsterling.
Cerita ini diwarnai berita meninggalnya Mr. Morstan dan Mayor Sholto. Lalu dilanjutkan dengan kasus pembunuhan Mr. Bartholomew Sholto yang tewas di kamarnya, sedangkan Sherlock Holmes menemukan secarik kertas di kamar tersebut, “The Sign of Four”-Tanda Empat-, Jonathan Small, Mahomet Singh, Abdullah Khan, dan Dost Akbar. Berlanjutlah kasus itu menuju pencarian harta karun yang hilang. Akhirnya cerita berujung pada penangkapan Jonathan Small dan pembunuh dari Mr. Bartholomew Sholto pada bab 10, Akhir Penduduk Pulau.
Kisah ini juga dibumbui hal romantis antara Dr. Watson dan Mrs. Morstan yang saling tertarik antar satu sama lain. Ada adegan menggelitik pada bab 5, Tragedi Pondicherry Lodge, di saat Mr.Watson dan Mrs. Morstan tanpa sengaja berpegangan tangan dan saat itulah cinta benar-benar terjalin di antara mereka. Dan akhirnya kisah cinta itu berujung pada pengungkapan cinta Dr. Watson pada bab 11, Harta Karun Agra yang Agung.
Saya benar-benar terbuai dalam jalinan kasus yang tertuang dalam cerita ini, dan ada pelajaran yang saya dapat petik dari membaca cerita ini, "Semua yang mustahil, apapun yang tersisa, betapa pun mustahilnya, adalah sebuah kebenaran." Ya, selalu ada kebenaran dari berbagai hal. 
Cerita Sherlock Holmes memang tak pernah lepas dari setting kota London akhir abad 19, karena memang Sir Arthur Conan Doyle menghabiskan lebih dari separuh hidupnya di kota London hingga akhirnya meninggal pada tahun 1930. Gaya penulisannya yang penuh analisa itu memang terpengaruh dari profesinya dahulu yakni seorang dokter.
Begitu banyak seri lain dari novel Sherlock Holmes yang telah diterbitkan di Indonesia tentu saja dengan cerita misteri yang tak kalah mengesankan dibanding Sherlock Holmes The Sign of Four ini. Contoh saja Sherlock Holmes, A Study in Scarlet atau Sherlock Holmes, A Scandal in Bohemia. Jika anda adalah pecinta novel misteri atau hanya seorang awam pun, bukan masalah jika anda tertarik untuk membaca salah satu novel terkenal di dunia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar